Sejarah
Sejarah Singkat
Rumah Sakit Cantia Tompasobaru awalnya merupakan klinik kecil yang didirikan di kompleks pastoran Pinaesaan Tompasobaru pada tahun 1937 yang ditangani oleh Pst. Albert Rutges, MSC. Sempat terhenti setelah beroperasi selama 4 tahun akibat perang.
Akibat banyaknya pasien malaria maka pada Oktober 1947, Pst. Jansen, MSC sebagai pastor paroki di Tompasobaru mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh umat untuk membicarakan pendirian sebuah rumah sakit. Hasilnya disampaikan kepada Uskup Manado Mgr. N. Verhoeven, MSC dan akhirnya disetujui.
Pelaksanaan pembangunan dipimpin oleh Bruder Werkhoven, MSC dimana pekerjaan dilakukan oleh Bpk. Albert Roring dibantu warga. Pada pertengahan tahun 1948 selesai dibangun rumah sakit berukuran 48×7 m dengan konstruksi kayu dan atap rumbia.
Pada tanggal 17 Agustus 1948 rumah sakit diberkati dan diresmikan oleh Uskup Mgr. Verhoeven, MSC dan diberi nama CANTIA sebagai penghargaan terhadap Moeder Cantia Staal seorang pemimpin Kongregasi Suster JMJ di Belanda yang kemudian berkesempatan mengunjungi Tompasobaru setahun kemudian.
Sarana rumah sakit semakin tersedia sehingga pelayanan tidak saja dilakukan oleh para mantri tetapi secara rutin mendapat kunjungan dari dokter yang berasal dari Rumah Sakit Gunung Maria Tomohon. Pihak keuskupan memberikan kepercayaan kepada mantri Jetje Pangaila sebagai Kepala Rumah Sakit dan wakilnya adalah Jan Mantow. Bagian administrasi ditangani oleh Coen Nelwan sedangkan keuangan ditangani langsung oleh keuskupan.
Pada bulan Agustus 1950 Mantri Jetje Pangaila melanjutkan pendidikan dan sebagai gantinya adalah Cornelia Foet, seorang perawat berijasah urusan anak-anak. Cornelia Foet dipindahtugaskan ke Kalimantan dan kepemimpinannya diserahkan kepada bidan Lies Rumbayan dan tahun 1955 diserahkan lagi kepada Jan Mantow.
Rumah Sakit Cantia semakin berkembang dan pada tahun 1955 pihak keuskupan mengundang para suster JMJ untuk berkarya di Tompasobaru yaitu Sr. Margaretha Groot seorang perawat bidan dan Sr. Laetitia Wowiling mengurus kerumahtanggaan.
Pada tanggal 2 Maret 1957 pecah pergolakan Permesta yang mempengaruhi keberadaan rumah sakit dan pihak keuskupan menyerahkan pengelolaan RSU Cantia kepada Yayasan Yoseph pada tanggal 1 Januari 1958. Pelayanan rumah sakit tetap ada meskipun sudah tidak sebagaimana mestinya.
Tanggal 18 Maret 1962 pergolakan Permesta berakhir, dan pelayanan kesehatan di RSU Cantia berjalan normal lagi dan pimpinannya diberikan kepada seorang perawat yaitu bapak Josef Wolf selama 18 tahun sampai pension pada tahun 1980.
Renovasi pertama dilakukan pada tahun 1985 untuk bagian depan rumah sakit dengan penambahan bangunan kamar bersalin dan ruang operasi yang sewaktu-waktu digunakan saat kunjungan dr. J. Barten BKK. Penambahan ruang rawat inap dilakukan pada tahun 1994 dengan kapasitas 50 tempat tidur.